17 Juni 2025

Oleh: Yoelch

Faktamediababel.com

DI SEBUAH warung kopi di ujung selatan Pulau Bangka, dua pemuda terlibat dalam perdebatan sengit. Argumen mereka semakin memanas, membuat pengunjung lain merasa tidak nyaman. Aku, yang sejak tadi menikmati secangkir kopi hitam, mulai terganggu oleh keributan itu.

Aku tidak mengenal kedua pemuda tersebut, tetapi dari logat bahasa mereka, aku tahu mereka bukan penduduk asli daerah ini. Dua puluh dua tahun telah berlalu sejak aku meninggalkan tanah kelahiran ini, dan kini daerah ini telah berkembang pesat, ramai dikunjungi wisatawan.

“Kau tahu siapa aku?” salah satu pemuda bertanya dengan nada tinggi. “Aku orang dalam ‘pejabat’, jangan kau tidak tahu! Kalau kau macam-macam, habis kau nanti!” lanjutnya dengan emosi yang semakin memuncak.

Sebelum pemuda yang lain sempat menjawab, seseorang menariknya keluar dari warung. “Sudahlah, Alung, kita pulang saja,” kata orang yang lebih dewasa itu sambil menarik tangannya. Mereka pun pergi dengan sepeda motor.

“Ternyata masih ada manusia yang berlindung di balik manusia,” pikirku dalam hati sambil meninggalkan warung setelah membayar kopi.

Dalam perjalanan pulang, aku merasa kasihan, bukan takut, dengan ucapan pemuda tadi. Bagaimana jika pejabat yang menjadi tamengnya itu habis masa jabatannya, terkena masalah, atau pensiun? Masihkah ada tameng untuknya?

Cukuplah Allah SWT sebagai tameng dan pelindung bagi hamba-hamba-Nya di muka bumi ini, yang tak pernah ada batasan hingga akhir zaman.

Semoga kejadian di warung kopi tadi bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih mawas diri dan bijaksana dalam bertindak, serta berhati-hati dalam mengeluarkan kata-kata di muka umum tanpa melibatkan orang lain yang tidak tahu apa-apa.

Bagaimana negeri ini akan maju jika masih ada orang-orang seperti itu? Hatiku bertanya tanpa suara.

Toboali, 11 Februari 2024

– Yoelch –

Share this content:

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *