23 Desember 2024

Bangka Selatan, faktamediababel.com – Sejarah Nama Toboali ini dipersingkat ceritanya…. Saya sarankan asal usul nama “TOBOALI” sebaiknya harus melibatkan sesepuh atau orang yang memang masih ada kaitannya dengan keturunan atau ahli waris keramat Toboali. Sejarah memang perlu, tapi harus dibuktikan secara bukti otentik letak geografis dan peristiwa baru bisa menyimpulkan nama atau asal usul nama: TOBOALI.

Dulu di keramat TOBOALI banyak sekali yang namanya lanon atau penebok perampok dan bajak laut mereka berasal dari kerajaan Goa sekitar abad ke-15 dan ke-17 datang ke selat Bager atau kini disebut Baher melewati Selat Baher ini dulunya. Tempat itu merupakan pelabuhan atau pusat perdagangan dan gambong yakni tempat pemukiman para penduduk yang dikenali nama Daerah TAGAK, atau di tagak sebagai awal mula pemukiman penduduk Lanon atau yang disebut bajak laut dari kerajaan Goa, yang datang serta merampas harta milik penduduk di daerah gambong atau tagak berdekatan dengan keramat Toboali saat ini.

Oleh karena sering membuat onar dan terdengarlah sampai kekerajaan Mahmud Badaruddin 1 oleh kerajaan diperintahkan seorang pendekar yang bernama Raden Ali guna membantu Daerah yang sering dimasuki oleh lanon atau yang sering membuat kekacauan masa itu di Daerah perdagangan Selat baher tepatnya di pemukiman penduduk Tagak semasa itu.

Singkat cerita terjadilah pertempuran sengit antara perampok dengan pendekar Ali ini. Lantaran, kekuatan lanon atau kelompok perampok yang dipimpin; Juru Tuduk asal Bugis yang mempunyai ilmu kebal dan sangat sakti dengan tidak berimbang kekuatan maka Pendekar Ali mintalah bantuan lagi kepada seorang Cina sengkek mualaf yang bernama Liu Siau Hie, yang berprofesi sebagai Tukang Jahit dan seorang pendekar yang mumpuni kala itu, maka dijawab dengan Liu siau hie hampang (gampang) pendekar ALI.

Dengan mengatur siasat antara Raden Ali dan pendekar Liu siau hie dengan mateng Makaa peberontak itu di pancinglah kedalam suatu gedung kala itu dulu terdapat bangunan besar di dalam pemungkiman penduduk kala itu yang letaknya di dalam keramat saat ini. Setelah mengatur siasat pendekar mualaf tadi telah berpesan kepada Raden Ali yakni kapan perampok itu masuk kedalam bersama pendekar mualaf tadi.

Pendekar Ali disuruh untuk menutup pintu gerbang gedung dari luar setelah pintu ditutup kelompok perampok tadi merasa resah di dalam gedung lalu Liu Siau Hie langsung meloncat ke tali atas lampu untuk bergelantungan di atas lampu mbak kalilawar langsung memukul lampu besi cabang seberat besi cabang 6 kati atau kurang lebih 5kg.

Lebih lanjut suasana makin gelap gulita karena pas situasi pertemuan pada malam hari dalam keadaan gelap kelompok perampok semakin panik lalu Liu siau hie atas kecerdikan dan strateginya berteriak hatam! Alhasil, seolah-olah Liu siau hie punya pasukan yang banyak padahal hanya sendiri dia didalam gedung itu.

Lantas, perampok Bugis tersebut saling tusuk menusuk dalam situasi yang gelap mereka menyebutkan mana lawang mana kawang (baca: mana lawan mana kawan). Kemudian saling trus bunuh membunuh sesama mereka dan ada beberapa orang yang tersisa lalu dibereskan oleh Liu Siau Hie.

Hingga tinggalah seorang juru tuduk panglima komado tadi lalu sehubungan dengan juru tuduk tadi belum meninggal dunia, lalu Ali masuk dalam keadaan suasana gelap gulita. Secara tiba-tiba ada panggilan dari dalam ruangan, “siapa itu…?”
Kemudian dijawabnya “Tobo dan dipanggil lagi oleh juru tuduk lagi siapa itu dijawab Tobo. Lantaran rasa penasaran tadi membuat juru tuduk memanggil lebih keras lagi siapa itu dijawab; “Ali..” sambut ali lantang hingga di situlah terjadi awal muncul nama TOBOALI

TOBOALI (Tobo dalam Bahasa Palembang pedalaman yang berarti aku, Ali nama orang yang dipanggil menjadi aku Ali atau Tobo-ALi), lalu dengan masih hidupnya juru tuduk membuat pendekar Ali tidak tenang lalu Ali membuat kode isyarat dengan Liu Siau Hie untuk bertarung lagi.

Maka, kembali terjadilah perkelahian lagi antara Lie Siaw Hie dengan Juru Tuduk tadi menggunakan besi cabang, yang sampai patahlah kedua belah kaki juru tuduk tadi dihantam besi cabang pendekar tukang jahit tadi. Namum begitu, kondisi itu masih belum membuat Raden Ali tenang, melainkan saking sakitnya kemudian si juru tuduk menahan sakitnya dia menggalikan tanah dengan menggunakan kedua tanganya hampir menutupi seluruh tubuhnya.

Lalu Pendekar Ali pun berkata kepada Liu siau Hie, bagaimana ini pendekar belum juga bisa mati padahal kondisinya udah babak belur maka dijawablah oleh Lie Siau hie tadi hampang pendekar (baca: gampang raden). Pendekar Ali menyiapkan dua batang kelapa dengan tambang (tali) lalu diikatlah kaki kiri dan kaki kanan. Masing-masing kaki satu pohon kelapa yang telah dipotong lalu juru tuduk tadi digelinding di atas tebing, maka juru tuduk tadi terbelahlah dari bawah sampai ke atas dan berakhirlah riwayat juru tuduk tadi.

(Akan bersambung …Diriwayatkan Oleh MA’OEN SAID Keturunan keramat tOboali…)

Share this content:

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *