
Bangka Selatan, Faktamediababel.com – Suasana Pulau Lepong, Kabupaten Bangka Selatan, mendadak mencekam pada Sabtu pagi (30/8/2025). Kobaran api melalap sejumlah fasilitas milik PT. SNS setelah ratusan orang yang diduga terlibat dalam konflik lahan melakukan aksi pembakaran. Kejadian ini sontak membuat geger masyarakat sekitar dan menjadi perhatian serius jajaran pemerintah daerah serta aparat penegak hukum.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Faktamediababel.com, insiden tersebut terjadi sekitar pukul 08.00 WIB. Api melalap cepat hingga merusak beberapa fasilitas vital perusahaan, mulai dari gudang, alat berat, hingga perumahan karyawan. Kepulan asap hitam terlihat membumbung tinggi dari kejauhan, menjadi saksi bisu atas peristiwa kelam yang dipicu oleh konflik agraria yang tak kunjung selesai.
Konfirmasi Camat Lepong
Camat Lepong, Fery Edwar, ketika dikonfirmasi wartawan melalui sambungan telepon WhatsApp pada Sabtu malam pukul 18.15 WIB, membenarkan insiden tersebut.
“Ya, benar kejadian hari ini sekitar pukul 08.00 WIB pagi tadi. Kurang lebih ada 500 orang lebih yang terlibat. Identitas mereka belum bisa dipastikan, namun diduga kuat terkait dengan konflik lahan yang sebelumnya memang sudah dilakukan audiensi, tetapi belum ada titik temu,” ujar Fery.
Ia menambahkan bahwa pihaknya bersama jajaran Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) Bangka Selatan saat ini masih turun langsung ke lapangan untuk memantau perkembangan situasi.
“Permasalahan ini memang belum sepenuhnya jelas. Diduga ada kaitannya dengan perluasan HGU (Hak Guna Usaha) perusahaan yang memicu ketegangan di masyarakat,” imbuhnya.
Fasilitas yang Terbakar
Menurut data sementara, kerugian yang dialami PT. SNS akibat pembakaran tersebut cukup besar. Beberapa fasilitas perusahaan yang terbakar antara lain:
Satu unit gudang penyimpanan barang,
Dua unit alat berat jenis excavator,
Satu unit mobil pribadi,
Satu unit truk operasional,
Satu bangunan kantor,
Satu Perumahan karyawan,
Beberapa unit sepeda motor.
Kerugian material ditaksir mencapai miliaran rupiah. Hingga saat ini, pihak kepolisian bersama tim pemadam kebakaran masih melakukan pendinginan di lokasi untuk memastikan api benar-benar padam.
Insiden ini tidak datang tiba-tiba. Konflik lahan antara masyarakat dengan PT. SNS telah berlangsung sejak lama. Warga sekitar menilai bahwa perusahaan melakukan perluasan wilayah HGU tanpa memperhatikan hak-hak masyarakat lokal yang merasa memiliki ikatan historis dengan tanah tersebut.
Upaya audiensi sempat dilakukan, baik di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Namun, belum ada titik terang yang mampu memuaskan semua pihak. Ketegangan inilah yang kemudian memuncak menjadi aksi massa.
“Kami tidak ingin ada lagi korban atau kerugian yang lebih besar. Pemerintah daerah bersama Forkopimda sudah melakukan langkah-langkah penanganan. Semua pihak diminta menahan diri agar situasi tidak semakin memburuk,” ujar Fery.
Pantauan di lapangan menunjukkan suasana sempat mencekam. Masyarakat sekitar memilih menjauh dari lokasi karena takut menjadi sasaran amukan massa atau terkena dampak api yang menjalar. Sejumlah karyawan perusahaan dievakuasi untuk menghindari kemungkinan terburuk.
Hingga Sabtu malam, aparat keamanan masih berjaga ketat di sekitar areal perusahaan untuk mengantisipasi potensi kerusuhan susulan.
Kasus konflik lahan di Bangka Belitung, khususnya di Bangka Selatan, bukanlah hal baru. Pertumbuhan investasi perkebunan dan pertambangan seringkali bersinggungan dengan kepentingan masyarakat lokal. Minimnya komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan warga kerap menjadi pemicu gesekan.
“Ketika ada perluasan HGU, mestinya perusahaan dan pemerintah daerah duduk bersama dengan masyarakat untuk memastikan tidak ada yang merasa dirugikan. Kalau komunikasi tidak dibangun, konflik mudah sekali tersulut,” jelasnya.
Camat Lepong, Fery Edwar, berharap agar semua pihak menahan diri dan mengedepankan dialog. Menurutnya, tindakan anarkis tidak akan menyelesaikan masalah, justru memperburuk keadaan.
“Kami terus berkoordinasi agar ada jalan tengah. Mudah-mudahan semua pihak bisa kembali duduk bersama mencari solusi. Jangan sampai kejadian ini menambah luka bagi masyarakat maupun perusahaan,” tegas Fery.
Peristiwa pembakaran PT. SNS menjadi catatan penting bahwa konflik agraria harus segera ditangani dengan bijaksana. Tidak hanya soal legalitas tanah, tetapi juga menyangkut keadilan sosial bagi masyarakat yang merasa memiliki hak atas tanah leluhur mereka.
Kobaran api di PT. SNS bukan sekadar kebakaran biasa. Ia adalah simbol dari konflik berkepanjangan yang tak kunjung terselesaikan. Pulau Lepong kini menjadi saksi bisu betapa rapuhnya hubungan antara investasi besar dengan masyarakat lokal bila komunikasi dan keadilan tidak dijaga.
Kini, semua mata tertuju pada pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan perusahaan. Mampukah mereka mengurai benang kusut konflik ini, atau justru membiarkannya semakin rumit?
Yang pasti, masyarakat menunggu jawaban nyata. Karena tanah, bagi mereka, bukan sekadar aset ekonomi, melainkan juga warisan leluhur yang harus dijaga.
Terpisah saat di konfirmasi pihak PT. SNS. Tito Napitupulu melalui Telp WhattApp pada pukul: 19.30 wib membenarkan kejadian tersebut.
“Ya, Bang Benar adanya pembakaran peralatan dan kantor di PT. SNS langkah yang akan kita lakukan pada besok pagi yaitu membuat laporan ke Kapolres Bangka Selatan akibat dari kejadian pada hari ini,” ucap Tito Napitupulu kepada Redaksi Faktamediababel.com sabtu malam. (Red/*).
Share this content: